Senin, 18 Maret 2013

TEORI PRODUKSI


                                          Teori Produksi

Menurut Boediono (1989), produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Orang atau pihak yang melakukan aktivitas produksi disebut produsen.
Lebih lanjut, proses ekonomi dapat dilihat sebagai arus yang berjalan dari sebuah lingkaran. Arus itu terdiri dari barang-barang, bahan-bahan serta unsur-unsur ekonomis lainnya yang masuk dalam proses produksi. Kemudian keluar lagi sebagai barang-barang dan jasa-jasa. Para pemilik unsur-unsur produksi dibayar untuk peranan unsur-unsur produksi dalam proses produksi. Mereka dibayar (diberi balas jasa) karena unsur-unsur ekonomis diserahkan untuk proses produksi. Pembayaran balas jasa merupakan biaya dalam produksi, atau ongkos produksi. Selanjutnya pembayaran-pembayaran demikian dalam bentuk upah dan gaji, sewa tanah, bunga dan laba diterima sebagai pendapatan. Golongan yang memperoleh pendapatan tersebut mendapat tenaga pembeli dan merupakan golongan konsumen yang membeli hasil produksi dalam proses ekonomi. Akhirnya pendapatan yang dikeluarkan demikian mengalir lagi kembali pada proses produksi.
Pada dasarnya faktor-faktor produksi meliputi :

A. Faktor Produksi Alam

Sumber-sumber alam merupakan dasar untuk kegiatan disektor pertanian, kehewanan, perikanan dan di sektor pertambangan. Sektor-sektor itu lazim disebut produksi primer (industri pabrik dipandang sebagai produksi sekunder). Faktor produksi ini terdiri dari :
§ Tanah dan keadaan iklim
§ Kekayaan hutan
§ Kekayaan di bawah tanah (bahan pertambangan)
§ Kekayaan air ; sebagai sumber tenaga penggerak, untuk pengangkutan, sebagai sumber bahan makanan (perikanan), sebagai sumber pengairan dll.


B. Tenaga Kerja

Yang termasuk tenaga kerja yaitu semua yang bersedia dan sanggup bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk kepentingan sendiri, baik anggota-anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja untuk gaji dan upah. Juga yang menganggur, tetapi yang sebenarnya bersedia dan mampu untuk bekerja.


C. Modal

Modal, yaitu barang-barang yang dihasilkan untuk dipergunakan selanjutnya dalam produksi barang-barang lain. Barang-barang modal terutama terdiri atas peralatan yang sangat berguna dalam proses produksi. Peralatan modal tersebut meliputi : mesin-mesin, alat-alat besar, gedung-gedung dsb.

Sadono Sukirno (2005) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan diantara faktor- faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor–faktor produksi terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian kewirausahaan. Di dalam teori ekonomi, di dalam menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi (tanah, modal dan keahlian kewirausahaan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian dalam menggambarkan hubungan diantara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, yang digambarkan adalah hubungan diantara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai. Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut:

Q = f ( K, L, R, T )

Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan kemampuan kewirausahaan, R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan.
Didalam ilmu ekonomi dikenal dengan adanya fungsi produksi yang menunjukkan adanya hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan pada produk agar produk tersebut mampu menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 1991).

Dalam bentuk matematika sederhana fungsi tersebut dituliskan sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,X3.............Xn)

dimana : Y = hasil produksi fisik
X1,X2..... Xn = faktor-faktor produksi

Didalam produksi pertanian, faktor produksi memang menentukan besar kecilnya produksi yang akan diperoleh. Untuk menghasilkan produksi (output) yang optimal maka penggunaan faktor produksi tersebut dapat digabungkan. Dalam berbagai literatur menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi,1991), seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat keterampilan dan lain-lain.

Dalam praktek, faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi ini dibedakan atas dua kelompok (Soekartawi, 1991):

a. Faktor biologis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan lain sebagainya.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.

Jumat, 08 Maret 2013

Surplus Produsen dan Konsumen

                                      Konsep Surplus Produsen dan Surplus Konsumen

Surplus konsumen
didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah
maksimum yang ingin dibayar oleh konsumen dengan yang benar-benar akan
dibayar terhadap jumlah tertentu dari produksi. Sedangkan surplus produsen
adalah perbedaan antara jumlah uang yang benar-benar diterima produsen dengan
jumlah uang minimum yang diinginkan oleh produsen tersebut.
Terdapat tiga dasar postulat yang penting dalam penggunaan surplus
konsumen dan surplus produsen untuk mengukur kesejahteraan yaitu : permintaan
merupakan refleksi dari keinginan untuk membayar, penawaran merupakan
refleksi dari biaya marginal (marginal cost), dan perubahan pada pendapatan
individu bersifat penambahan (additive) (Vesdapunt, 1984).
Kelemahan pengukuran surplus konsumen dengan kurva permintaan biasa
adalah tidak mempertimbangkan efek pendapatan akibat dari perubahan harga.
Sehingga konsep surplus konsumen kurang menggambarkan kondisi keinginan
konsumen untuk membayar atau menerima (consumer willingness to pay or to
accept). Secara matematis, surplus konsumen dan produsen diukur dengan
mengintegralan fungsi penawaran dan fungsi permintaan (Chiang, 1984).