Selasa, 03 Desember 2013

Teori Risiko Usahatani dan Risiko Usaha Budidaya Ikan Gurami


  Teori Risiko Usahatani dan Risiko Usaha Budidaya Ikan Gurami
Kegiatan pada sektor pertanian yang menyangkut proses produksi selalu dihadapkan dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty).  Risiko adalah peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih dahulu.  Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, dan karenanya peluang terjadinya merugi belum diketahui sebelumnya.  Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga.  Ketidakpastian hasil pertanian disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta kekeringan.  Jadi produksi menjadi gagal dan berpengaruh terhadap keputusan petani untuk berusahatani berikutnya.  Selain itu, ketidakpastian harga meyebabkan fluktuasi harga dimana keinginan pedagang memperoleh keuntungan besar dan rantai pemasaran yang panjang sehingga terjadi turun naiknya harga (Soekartawi, Rusmadi, dan Damaijati, 1993).
    
Menurut Harwood et al. (1999) dan Moschini dan Hennessy (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah: (1) Risiko Produksi; (2) Risiko Pasar atau Harga; (3) Risiko Kelembagaan; (4) Risiko Kebijakan; (5) Risiko Finansial.  Dari beberapa sumber tersebut ternyata risiko yang paling utama dihadapi usaha sayuran organik diantaranya adalah risiko produksi dan harga produk.

Darmawi (1997) menyatakan bahwa sumber penyebab risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Risiko Sosial; (2) Risiko Fisik; (3) Risiko Ekonomi.  Sedangkan menurut Kadarsan (1992) sumber penyebab risiko adalah : (1) Risiko Produksi; (2) Risiko Harga; (3) Risiko Teknologi; (4) Risiko karena tindakan pihak lain; (5) Risiko Sakit.

Menurut Kountur (2008) suatu kejadian bisa berakibat merugikan ataupun menguntungkan.  Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, risiko dikategorikan menjadi dua yaitu risiko murni dan risiko spekulatif.  Apabila suatu kejadian bisa berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan, maka risiko tersebut disebut risiko murni.  Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian, tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.

Menurut Darmawi (1997) risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga yang mengacu pada ketidakpastian.  Ketidakpastian merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko.  Sedangkan kondisi yang tidak pasti timbul karena berbagai sebab, antara lain :
a.       Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.  Semakin panjang jarak waktu, semakin besar ketidakpastiannya.
b.      Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
c.       Keterbatasan pengetahuan/teknik mengambil keputusan.
Pengukuran  risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation).  Kedua cara ini menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya disekitar nilai rata-rata yang diharapkan.  Besarnya keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani.  Selain itu penentuan batas bawah sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan.  Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh petani (Kadarsan, 1995).