Jumat, 21 Desember 2012

PERMINTAAN

                                                                  PERMINTAAN

Nopirin (2000) menyatakan bahwa permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah yang menunjukkan jumlah sesuatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Jumlah yang diminta tidak hanya bergantung pada harga saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti : pendapatan, selera, perkiraan, banyaknya konsumen serta harga barang lain. Sehingga secara matematis dapat dibentuk fungsi sebagai berikut :
Qd : F (Ht, Hl, I, C, T)
Keterangan :    Qd : jumlah barang yang diminta
                       Pt  : harga barang yang ingin dibeli
                       Pl  : harga barang lain
                        I   : pendapatan RT
                       C  : jumlah penduduk
                       T  : selera

Menurut Sukirno (2005) teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Permintaan akan suatu barang disebabkan oleh banyak faktor. Di antara faktor – faktor tersebut yang terpenting adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa, jumlah penduduk dan ramalan mengenai keadaan dimasa datang. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh karena itu, dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut dan faktor – faktor lain dianggap tetap (cateris paribus).
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan menyatakan makin rendah harga suatu barang makan makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Gambaran mengenai jumlah barang yang diminta dengan harga barang tersebut dapat disajikan dalam bentuk kurva permintaan. Kurva permintaan adalah suatu kurva yang dapat menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Bentuk kurva permintaan dapat dilihat pada gambar 1.


P

3

D

H

G

F


E

Q

300

0
 







Gambar 1. Kurva Permintaan

Pada gambar 1. Kuva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta, yang mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau salah satu variabel naik (misalnya harga) maka variabel yang lain akan turun (misalnya jumlah yang diminta).

Minggu, 16 Desember 2012

INFLASI


                                                                   INFLASI


Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses  menurunnya nilai mata uang secara kontinu.  Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Samuelson dan Nardhaus (1996) dalam Sofwani (2006) mengklasifikasikan inflasi kedalam tiga kategori, yaitu :
1.    Inflasi Moderat (Moderat Inflation), inflasi ini ditandai dengan harga – harga yang meningkat secara perlahan atau dapat disebut sebagai laju inflasi satu digit pertahun. Apabila harga – harga relatif stabil, masyarakat percaya pada uang dan bersedia memegang uang karena uang akan hampir sama nilainya pada bulan atau tahun mendatang sebagaimana nilainya hari ini.

2.    Inflasi Ganas (Galloping Inflation), merupakan inflasi dalam dua atau tiga digit pertahun. Dalam kondisi ini uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat, tingkat bunga riil dapat menjadi minuss 50 persen pertahun. Sebagai konsekuensinya, masyarakat hanya memegang jumlah uang yang minimum untuk transaksi harian dan dana – dana umumnya dialokasikan berdasarkan rasio daripada tingkat bunga. Perkonomian ini menimbulkan distorsi – distorsi besar karena masyarakat melakukan investasi dana di luar negeri, sedangkan investasi domestik menjadi lesu.

3.    Hiperinflasi,merupakan keadaan inflasi yang melebihi dari inflasi ganas. Pada keadaan ini tidak ada segi baik dari perekonomian pasar, permintaan uang riil menurun secara drastis, harga – harga relatif menjadi sangat tidak stabil. Pada kondisi normal upah riil bergerak hanya satu persen sedangkan pada saat hiperinflasi upah berubah menjadi rata – rata sepertiga (naik atau turun) setiap bulan.


Didalam teori kuantitas dijelaskan bahwa sumber utama inflasi adalah karenaadanya kelebihan permintaan (demand) sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah banyak. Teori kuantitas membedakan penyebab inflasi menjadi dua, yaitu:

a.        Inflasi tarikan permintaan

Inflasi tarikan permintaan ( demand pull inflation) terjadi akibat adanya  permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat.


 Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.


Menurut Nopirin (2000) dengan menggunakan tiku permintaan dan penawaran semesta proses terjadinya inflasi tarikan permintaan dapat dijelaskan dalam gambar 3.
P3
0
Q3
QFE
Q1
AD3
AD2
AD1
Q
P2
P1
 







Gambar 3. Inflasi tarikan permintaan


Pada gambar 3. Dapat dilihat awal harga terletak pada P1 dan output terletak pada Q1. Kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga menjadi naik sebesar P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3 sedang output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik.


Sementara itu peningkatan permintaan yang terjadi pada faktor produksi menyebabkan harga faktor produksi pun naik. Kenaikan harga barang dan jasa serta kenaikan harga faktor produksi inilah yang merupakan inflasi bagi perekonomian. Sumber terjadinya peningkatan permintaan semesta ini ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan monetaris menganggap hal itu sebagai akibat peningkatan ekspansi jumlah uang beredar. Sedangkan golongan non-monetaris, yaitu neo-keynesian tidak menyangkal pendapat tersebut, tetapi ditambahkan bahwa peningkatan permintaan semesta dapat terjadi karena adanya peningkatan dalam pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah atau sektor netto, walaupun tidak disertai oleh peningkatan jumlah uang beredar.


b.   Inflasi desakan biaya

Inflasi desakan biaya ( cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran. Proses terjadinya inflasi desakan biaya dapat dilihat pada gambar 4.
P
P3
Q1
Q2
0
Q
P1
P2
AS1
AS2
AS3
AD
QFE
 








Gambar 4. Inflasi desakan biaya


Pada gambar 4. Bermula pada harga P1 dan QFE, kenaikan biaya produksi (disebabkan karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga bahan bakau industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. Konsekuensi dari kejadian itu harga naik menjadi P1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi turun menjadi Q2. Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas. Proses kenaikan harga yang sering diikuti dengan menurunnya produksi ini disebut dengan inflasi desakan biaya (cosh push inflation).