INFLASI
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Samuelson dan Nardhaus (1996) dalam Sofwani (2006) mengklasifikasikan
inflasi kedalam tiga kategori, yaitu :
1. Inflasi Moderat (Moderat
Inflation), inflasi ini ditandai dengan harga – harga yang meningkat secara
perlahan atau dapat disebut sebagai laju inflasi satu digit pertahun. Apabila
harga – harga relatif stabil, masyarakat percaya pada uang dan bersedia memegang
uang karena uang akan hampir sama nilainya pada bulan atau tahun mendatang
sebagaimana nilainya hari ini.
2. Inflasi Ganas (Galloping
Inflation), merupakan inflasi dalam dua atau tiga digit pertahun. Dalam
kondisi ini uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat, tingkat bunga riil
dapat menjadi minuss 50 persen pertahun. Sebagai konsekuensinya, masyarakat
hanya memegang jumlah uang yang minimum untuk transaksi harian dan dana – dana
umumnya dialokasikan berdasarkan rasio daripada tingkat bunga. Perkonomian ini
menimbulkan distorsi – distorsi besar karena masyarakat melakukan investasi
dana di luar negeri, sedangkan investasi domestik menjadi lesu.
3. Hiperinflasi,merupakan keadaan inflasi yang
melebihi dari inflasi ganas. Pada keadaan ini tidak ada segi baik dari
perekonomian pasar, permintaan uang riil menurun secara drastis, harga – harga
relatif menjadi sangat tidak stabil. Pada kondisi normal upah riil bergerak
hanya satu persen sedangkan pada saat hiperinflasi
upah berubah menjadi rata – rata sepertiga (naik atau turun) setiap bulan.
Didalam teori kuantitas
dijelaskan bahwa sumber utama inflasi adalah karenaadanya kelebihan permintaan
(demand) sehingga uang yang beredar
di masyarakat bertambah banyak. Teori kuantitas
membedakan penyebab inflasi menjadi dua, yaitu:
a.
Inflasi tarikan permintaan
Inflasi tarikan permintaan ( demand pull inflation) terjadi
akibat adanya permintaan total yang
berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu
kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat.
Jadi, inflasi ini terjadi karena
suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih
disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di
sektor industri keuangan.
Menurut Nopirin (2000) dengan menggunakan tiku permintaan dan penawaran
semesta proses terjadinya inflasi tarikan permintaan dapat dijelaskan dalam
gambar 3.
Gambar 3. Inflasi tarikan permintaan
Pada gambar 3. Dapat dilihat awal harga terletak pada P1 dan
output terletak pada Q1. Kenaikan permintaan total dari AD1
ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi
oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga menjadi naik sebesar P2
dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya
menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3 sedang
output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga
ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik.
Sementara itu peningkatan permintaan yang terjadi pada faktor produksi
menyebabkan harga faktor produksi pun naik. Kenaikan harga barang dan jasa
serta kenaikan harga faktor produksi inilah yang merupakan inflasi bagi
perekonomian. Sumber terjadinya peningkatan permintaan semesta ini ditafsirkan
berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan monetaris menganggap hal itu sebagai
akibat peningkatan ekspansi jumlah uang beredar. Sedangkan golongan
non-monetaris, yaitu neo-keynesian tidak menyangkal pendapat tersebut, tetapi
ditambahkan bahwa peningkatan permintaan semesta dapat terjadi karena adanya
peningkatan dalam pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah atau
sektor netto, walaupun tidak disertai oleh peningkatan jumlah uang beredar.
b. Inflasi
desakan biaya
Inflasi desakan biaya ( cost push inflation) terjadi akibat
adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi,
walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya
produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan
harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran. Proses
terjadinya inflasi desakan biaya dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar
4. Inflasi desakan biaya
Pada gambar 4. Bermula
pada harga P1 dan QFE, kenaikan biaya produksi
(disebabkan karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh
ataupun kenaikan harga bahan bakau industri) akan menggeser kurva penawaran
total dari AS1 menjadi AS2. Konsekuensi dari kejadian itu
harga naik menjadi P1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser
kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi turun
menjadi Q2. Proses ini akan berhenti apabila AS tidak
lagi bergeser ke atas. Proses kenaikan harga yang sering diikuti dengan
menurunnya produksi ini disebut dengan inflasi desakan biaya (cosh push inflation).