Dalam teknik yang dikembangkan oleh Joseph Luth dan Harry
Ingham (karena itulah namanya “Johari” Windows)
ini disebutkan bahwa manusia memiliki 4 (empat) jendela kepribadian dan
jendela-jendela ini berisi kumpulan sifat-sifat yang saling berbeda, yaitu;
v Jendela yang terbuka, adalah beberapa karakter atau kualitas
kepribadian dan sifat-sifat kita yang dengan mudah diketahui dengan jelas baik
oleh orang lain maupun kita sendiri. Karakter ini misalnya, umur, jenis kelamin,
ciri-ciri fisik seperti rambut panjang atau pendek, badan kurus atau gemuk,
suara lantang, kedudukan di kantor dan lain-lain. Selain ciri-ciri fisik ada
juga sikap yang memang sudah disadarinya sendiri dan mudah diketahui orang
lain. Karakter ini antara lain seseorang yang sangat teliti dalam bekerja atau
seseorang yang pemarah dan lain-lain. Karena sudah menyadari maka seseorang
bisa dengan usahanya yangkeras mengubah atau meningkatkan sifat-sifat tersebut.
Yaitu dengan mengurangi atau menambah sesuai dengan citra yang ingin
diperolehnya.
v Jendela yang tertutup, adalah
semua karakter atau hal yang kita sembunyikan dari orang lain baik secara materi
maupun nonmateri. Hal tersebut misalnya
harta benda atau uang simpanan kita tentu tidak ingin kita beritahukan pada
orang lain. Demikian juga ketidakmampuan kita dalam beberapa hal atau
sifat-sifat kita yang buruk mungkin ingin kita sembunyikan dari orang lain. Begitu
pula misalnya kalau kita marah atau kecewa pada seseorang dan kita tetap
bersikap manis seolah tidak terjadi sesuatu. Kita sering berdalih bahwa hal-hal
yang tidak ingin kita ungkapkan kepada orang lain adalah hak-hak pribadi atau “privacy” kita, dimana orang lain tidak
perlu mengetahuinya karena tidak akan bermanfaat bagi mereka. Semua hal lain
menjadi rahasia kita dan menjadi jendela yang kita tutup bagi orang lain. Sayangnya
sering sekali karakter yang kita tutup ini merupakan kekurangan kita yang ingin
kita sembunyikan dari orang lain. Tetapi hal ini menyebabkan orang justru tidak
bisa mengulurkan tangan untuk membantu kita mengubah atau menutup kekurangan
kita tersebut.
v Jendela yang buta, adalah hal-hal atau sikap kita yang tidak kita
sadari tetapi dampaknya sangat dirasakan orang lain. Beberapa sikap kita yang
egois dan mementingkan diri sendiri
tidak mudah kita sadari namun orang lain sangat merasakan dampaknya. Misalnya
banyak orang mengatakan pandai mengemudi mobil namun tetap mendahului kendaraan
lain pada tikungan tajam. Betapa banyak kita melihat orang-orang yang memarkir
kendaraannya tanpa memedulikan apakah menghalangi orang lain atau tidak. Sering
kita temui banyak orang-orang berebut tiket di depan sebuah loket yang penuh
sesak. Tanpa disadari banyak sikap kita yang egois yang berdampak merugikan
orang lain menjadi jendela yang buta bagi kita. Karakter pada jendela yang buta
ini menjadi sangat berbahaya bagi diri kita karena kita tidak menyadari
sehingga tidak mungkin mengubah. Akibatnya di samping merugikan orang lain pada
akhirnya sebenarnya hal ini lebih merugikan diri kita sendiri. Kita ditinggalkan
orang lain yang sudah tidak tahan dengan sikap dan kebutaan kita atas karakter
tersebut.
v Jendela yang gelap, adalah hal-hal yang menjadi rahasia sang
Ilahi, misalnya jodoh dan kematian. Kita tidak pernah tahu siapa yang akan
menjadi jodoh kita sampai kita menikah. Demikian pula kematian, kita boleh
berharap berumur panjang namun kapan ajal menjemput tetap menjadi rahasia Tuhan
Yang Maha Esa. Jendela yang terakhir ini menjadi tempat kita menyerahkan diri
kita hanya kepada-Nya dan setelah berusaha sekuat kemampuan kita. Kita harus
bersyukur atas semua yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Tidak seharusnya kita
merasa iri dengan rejeki atau sukses orang lain. Yakinlah bahwa Tuhan
memberikan yang terbaik untuk kita sesuai dengan ibadah kita masing-masing di
dunia yang fana ini.
(Sumber : diambil dari Joseph Luth, “The Johari Windows”, Human Relation Training News, Vol 5. No.1 1961, halaman 6-7 dalam buku
Gunadi Getol, Ph. D., “Managing Your
Strenghts & Weaknesses, Mengubah Kelemahan menjadi Kekuatan)