Rabu, 08 Oktober 2014

Harga beras dan Inflasi

Pengaruh Harga Eceran Beras (HEB) terhadap Inflasi di Indonesia

Inflasi diartikan sebagai suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Venieris dan Sebold mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu (a sustained tendency for the general level of prices to rise over time). Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi (Nanga, 2005). Menurut Nopirin (2000) inflasi adalah proses kenaikan harga umum barang-barang secara terus menerus.

Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang sangat penting dan selalu menjadi perhatian utama, baik bagi pemerintah, pelaku ekonomi, maupun masyarakat secara umum. Sebagai indikator ekonomi makro, laju inflasi tidak hanya akan berpengaruh terhadap kinerja pasar barang, tetapi juga akan berpengaruh langsung terhadap pasar uang dan pasar modal. Dinamika pasar barang merupakan salah satu faktor kunci dalam menentukan laju inflasi. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pasar produk makanan (pangan) merupakan salah satu pasar barang yang memegang peran kunci dalam penentuan laju inflasi. Sebagai contoh, pada periode 2002 - 2007, rata-rata kontribusi kelompok makanan terhadap laju inflasi mencapai lebih dari 50% (Bank Indonesia, 2007).

Komoditas pangan yang memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap laju inflasi di Indonesia adalah beras yaitu sebesar 24 persen (BPS, 2012). Di Indonesia, beras memberikan peran hingga sekitar 45 persen dari total food intake, atau sekitar 80 persen dari sumber karbohidrat utama dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Hal tersebut relatif merata di seluruh Indonesia, maksudnya secara nutrisi, ekonomi, sosial dan budaya, beras tetap merupakan pangan terpenting bagi sebagian besar masyarakat (Arifin, 2003). Selain itu, dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling tinggi. Oleh karena itu, inflasi nasional sangat dipengaruhi oleh perubahan harga beras.

Kontribusi beras terhadap asupan kalori penduduk Indonesia yang besar menyebabkan konsumsi akan beras menjadi tinggi. Tingkat konsumsi beras Indonesia tahun 2011 sebesar 139,15 kg/kapita. Salah satu yang menyebabkan tingginya jumlah konsumsi beras adalah tingginya jumlah penduduk Indonesia yaitu mencapai 240 juta jiwa. Di sisi suplai, produksi beras relatif tetap. Hal ini menyebabkan kelebihan permintaan beras. Permintaan beras yang tinggi sementara suplai beras tetap, akan menyebabkan harga beras di pasaran meningkat (Fadillah, 2007). Lonjakan harga beras yang tinggi ini akan mengakibatkan laju inflasi meningkat (Setneg, 2011).

Dengan demikian dalam mengendalikan laju inflasi di Indonesia, salah satu aspek yang patut mendapat perhatian yaitu pengendalian terhadap harga kelompok makanan terutama beras. Peran kelompok pangan terhadap laju inflasi diperkirakan akan masih dominan, paling tidak untuk 5–10 tahun mendatang. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan yang dilakukan untuk menjaga kestabilan harga beras agar tidak mempengaruhi laju inflasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar