Pengaruh Harga Eceran Beras
(HEB) terhadap Inflasi di Indonesia
Inflasi diartikan sebagai suatu
gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus.
Venieris dan Sebold mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan
meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu (a
sustained tendency for the general level of prices to rise over time).
Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price
level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai
inflasi (Nanga, 2005). Menurut Nopirin (2000) inflasi adalah proses kenaikan
harga umum barang-barang secara terus menerus.
Inflasi merupakan salah satu
indikator ekonomi makro yang sangat penting dan selalu menjadi perhatian utama,
baik bagi pemerintah, pelaku ekonomi, maupun masyarakat secara umum. Sebagai
indikator ekonomi makro, laju inflasi tidak hanya akan berpengaruh terhadap
kinerja pasar barang, tetapi juga akan berpengaruh langsung terhadap pasar uang
dan pasar modal. Dinamika pasar barang merupakan salah satu faktor kunci dalam
menentukan laju inflasi. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pasar produk
makanan (pangan) merupakan salah satu pasar barang yang memegang peran kunci dalam
penentuan laju inflasi. Sebagai contoh, pada periode 2002 - 2007, rata-rata
kontribusi kelompok makanan terhadap laju inflasi mencapai lebih dari 50% (Bank
Indonesia, 2007).
Komoditas pangan yang memiliki
kontribusi yang cukup besar terhadap laju inflasi di Indonesia adalah beras
yaitu sebesar 24 persen (BPS, 2012). Di Indonesia, beras memberikan peran
hingga sekitar 45 persen dari total food intake, atau sekitar 80 persen
dari sumber karbohidrat utama dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Hal tersebut
relatif merata di seluruh Indonesia, maksudnya secara nutrisi, ekonomi, sosial
dan budaya, beras tetap merupakan pangan terpenting bagi sebagian besar
masyarakat (Arifin, 2003). Selain itu, dalam komponen pengeluaran konsumsi
masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling tinggi. Oleh karena itu,
inflasi nasional sangat dipengaruhi oleh perubahan harga beras.
Kontribusi beras terhadap
asupan kalori penduduk Indonesia yang besar menyebabkan konsumsi akan beras
menjadi tinggi. Tingkat konsumsi beras Indonesia tahun 2011 sebesar 139,15
kg/kapita. Salah satu yang menyebabkan tingginya jumlah konsumsi beras adalah
tingginya jumlah penduduk Indonesia yaitu mencapai 240 juta jiwa. Di sisi
suplai, produksi beras relatif tetap. Hal ini menyebabkan kelebihan permintaan
beras. Permintaan beras yang tinggi sementara suplai beras tetap, akan
menyebabkan harga beras di pasaran meningkat (Fadillah, 2007). Lonjakan harga
beras yang tinggi ini akan mengakibatkan laju inflasi meningkat (Setneg, 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar